Cuaca Panas Bikin Gampang Sakit, Buruan Lakukan 3 Hal Ini!

Cuaca Panas Bikin Gampang Sakit, Buruan Lakukan 3 Hal Ini!

Pejalan kaki menggunakan payung untuk menghindari terik matahari di kawasan Jembatan Pinisi di halte busway Karet, Jakarta, Rabu (27/9/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Beberapa waktu belakangan ini, cuaca panas dan terik kembali menyerang wilayah Jabodetabek. Hal ini menjadi keluhan sebagian besar masyarakat karena umumnya Desember adalah musim hujan.

Peralihan cuaca ekstrem dikenal mampu memicu penurunan imun tubuh manusia. Akibatnya, tidak sedikit orang yang mudah terjangkit penyakit.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) https://hellokas.site/ menyebutkan, sejumlah penyakit yang rentan muncul saat cuaca panas terik adalah dehidrasi, heatstroke, iritasi kulit, sakit kepala sebelah atau migrain, hingga demam tinggi.

Meskipun demikian, masyarakat tidak perlu khawatir. Sebab, risiko penyakit tersebut dapat diatasi jika mengetahui hal-hal yang harus dilakukan saat cuaca ekstrem, terutama panas terik.

Lantas, apa saja hal yang harus dilakukan saat cuaca panas kembali menyerang? Berikut 3 tips agar tidak mudah sakit saat cuaca panas.

Banyak Mengonsumsi Air Mineral

Cuaca panas dapat menyebabkan dehidrasi akibat tubuh kehilangan cairan secara terus-menerus. Dokter sekaligus epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa kondisi dehidrasi secara tidak langsung memengaruhi kesehatan ginjal.

“Ginjal berfungsi untuk meregulasi dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit di dalam tubuh. Panas ekstrem yang bisa menyebabkan dehidrasi bisa meningkatkan risiko gangguan ginjal,” papar Prof. Dicky kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (19/12/2023).

“Salah satunya adalah batu ginjal,” tegasnya.

Berkaitan dengan dehidrasi, Kemenkes RI melalui juru bicara, dr. Mohammad Syahril, mengimbau masyarakat Indonesia rutin untuk mengonsumsi air mineral, meskipun sedang tidak dalam keadaan haus.

“Jangan menunggu haus. Lalu, hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis,” tegas dr. Syahril melalui keterangan resmi, dikutip Selasa (19/12/2023).

Gunakan Tabir Surya (Sunscreen)

Kulit yang terlalu sering terpapar langsung sinar matahari dapat berisiko mengalami kemerahan, sunburn atau terbakar sinar matahari, hingga kanker kulit. Maka dari itu, penting bagi setiap individu untuk menggunakan sunscreen minimal 30 SPF.

Tidak hanya sekali pakai, sunscreen wajib untuk diaplikasikan ulang setiap dua jam meskipun saat berawan, setelah berenang, atau berkeringat.

Hindari Paparan Sinar Matahari

Salah satu cara untuk menghindari risiko penyakit akibat cuaca panas adalah mengurangi aktivitas di luar ruangan saat siang hari.

Apabila terpaksa harus beraktivitas di luar rumah ketika panas terik, gunakan pakaian yang melindungi diri dari sinar matahari, seperti topi, baju berbahan ringan dan longgar, hingga payung.

Penyebab Cuaca Panas Terik saat Desember

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Guswanto, mengungkapkan bahwa kondisi panas terik saat Desember yang melanda Jabodetabek dipengaruhi oleh dinamika atmosfer.

Menurut Guswanto, kondisi atmosfer berpengaruh pada peningkatan curah hujan terkonsentrasi di wilayah Jawa bagian tengah dan timur selama beberapa hari.

“Saat ini memang secara umum wilayah Jawa sudah memasuki musim hujan, meskipun kondisi hujan dalam beberapa hari terakhir terjadi belum merata dengan lama durasi yang bervariasi,” kata Guswanto kepada CNBC Indonesia, Senin (18/12/2023).

“Kondisi tersebut tentunya dipengaruhi oleh kondisi dinamika atmosfer di mana dalam beberapa hari terakhir, aktivitas fenomena atmosfer yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan lebih terkonsentrasi di wilayah Jawa tengah dan timur, sementara di wilayah Jawa bagian barat tidak terlalu signifikan,” jelasnya.

Dia menjelaskan dinamika atmosfer adalah adanya pola tekanan rendah. Ini membuat pola belokan dan perlambatan angin yang memicu pertumbuhan awan hujan ada di bagian tengah dan timur.

Sementara itu, di wilayah Barat juga terjadi pola subsiden. Menurut Guswanto, fenomena itu memicu pengurangan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

“Jadi, cuaca cenderung umumnya cerah-berawan dan hujan yang masih belum terlalu signifikan,” ungkap Guswanto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*